FOKUSNEWS.CO.ID, GORONTALO – Asap pembakaran batu kapur masih mengepul dari lereng-lereng Buliide, namun Konflik Tambang Buliide kini jauh lebih panas. Di satu sisi, mahasiswa meneriakkan peringatan tentang kerusakan lingkungan. Di sisi lain, warga menggenggam erat sumber nafkah yang telah mereka warisi turun-temurun.
Ketika suara mulai saling menenggelamkan, seorang pemuda masyarakat kelurahan Buliide Modi Ishak, memilih tidak ikut berteriak. Ia datang membawa ketenangan dan satu tawaran penting: duduk bersama, bukan saling menyalahkan.
Modi kepada wartawan Fokusnews.co.id, menegaskan bahwa pertentangan terbuka hanya memperpanjang masalah tanpa menyentuh akar persoalan. Ia menilai, baik mahasiswa maupun warga memiliki kepentingan yang sah. lingkungan harus terjaga, dan rakyat harus tetap bisa hidup. Situasi ini menunjukkan kompleksitas Konflik Tambang Buliide.
“Mahasiswa bicara dengan idealisme, warga bicara dari realitas hidup. Yang kita butuhkan sekarang bukan debat, tapi duduk bersama dan bicara jujur,” ujar Modi saat ditemui di Buliide, Sabtu (28/6/2025).
Solusi Berkelanjutan untuk Konflik Tambang Buliide
Modi juga menyatakan bahwa pemerintah wajib turun tangan, memfasilitasi dialog, dan menetapkan solusi konkrit yang melibatkan semua pihak. Ia menolak pendekatan sepihak yang hanya mengandalkan larangan tanpa memberikan jaminan bagi kehidupan warga. Ini menjadi kunci penting dalam penyelesaian Konflik Tambang Buliide.
“Kalau tambang ditutup, pemerintah harus pastikan semua warga tetap bisa kerja dan makan. Jangan hanya larang, lalu tinggal, tidak ada langkah kongkret” tegasnya.
Ia mendorong pembentukan koperasi tambang rakyat legal sebagai opsi terbaik untuk menjaga keberlangsungan ekonomi sekaligus melindungi lingkungan. Menurutnya, legalisasi akan menjamin keamanan kerja, penghasilan yang layak, dan tata kelola alam yang bertanggung jawab.
Modi menyarankan mahasiswa dan warga bersama-sama memetakan zona tambang, merancang sistem tambang hijau, serta membuat kesepakatan lokal untuk melindungi bukit, air, dan hutan. Ia juga mengusulkan aturan sederhana yaitu : satu karung kapur harus diganti dengan 10 bibit pohon.
“Solusinya bukan soal siapa yang menang, tapi bagaimana semua bisa bertahan. Warga butuh makan, tapi lingkungan juga harus tetap hidup,” jelasnya.
Modi meminta Wali Kota Gorontalo dan seluruh jajaran pemerintah segera mengambil sikap tegas dan membuka ruang dialog resmi agar Konflik Tambang Buliide ini tidak semakin melebar. Ia menegaskan bahwa masalah ini harus segera selesai, bukan dibiarkan menjadi api dalam sekam.
“Kalau masalah ini dibiarkan, yang rugi semua. Yang menang hanya kerusakan dan konflik. Ini harus selesai,” tutupnya.